Overthinking adalah dua kata yang dirangkai menjadi satu. Yaitu terdiri dari ‘over’ dan ‘thinking’. “Over” bermakna “suatu berlebih”, sedangkan “Thinking” bermakna “Pikiran”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa overthinking ialah suatu perilaku yang mendeksripsikan suatu pusaran pikiran pada seseorang yang bermuara pada ruminasi, yang diawali dengan pengetahuan panca indera, kemudian pengetahuan ini berkembang pada sirkulasi pemikiran yang memiliki asumsi atas dasar apa yang diketahui tersebut. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan melahirkan kekhawatiran dan gejala kecemasan yang tidak dapat dikontrol pada seseorang yang mengalaminya.
Siapakah yang mudah terdampak Overthinking…?
Biasanya orang yang mudah terdampak gejala overthinking ini adalah seseorang yang tidak percaya akan keberhasilan dirinya. Ia selalu membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain yang kemampuannya dianggap lebih dari dirinya, dan selalu mengecilkan kemampuan yang dimilikinya. Seseorang yang overthinking biasanya lebih berfokus pada permasalahannya bukan pada solusinya.
Kacamata Islam
Dalam kacamata yang dikenakan Islam, Menk berpendapat overthinking ini dipandang sebagai gejala awal dari perasaan takut. Jika perasaan takut ini terus bertumpuk maka akan berkembang lebih besar, dibarengi dengan kemunculan sifat kewaspadaan berlebih, cemas dan imajinatip yang bersifat khayali. Gejala overthinking ini disebabkan dengan adanya ‘waswisu’ atau bisikan dari syaitan yang menjadikan manusia mengecilkan dirinya, selalu memandang sesuatu yang tidak ada pada dirinya dan mengurangi rasa syukur.
Solusi
Adapun solusi dari overthinking yang ingin penulis paparkan sebagai berikut:
- Berprasangka baik terhadap takdir Allah
Terdapat riwayat dalam hadis qudsi yang menggambarkan secara umum tentang prasangka:
حدثنا زهير بن محمد حدثنا زيد بن أسلم عن أبي صالح عن أبي هريرة
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال الله عز وجل أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه حيث يذكرني
Telah menceritakan kepada kami Rauh, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Muhammad, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Allah ‘azza wajalla berfirman: ‘Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku akan senantiasa bersamanya dimanapun ia mengingat-Ku.”
Hadis di atas menunjukkan gambaran seorang Muslim yang memiliki prasangka baik terhadap takdir Allah dan segala sesuatu yang Allah tetapkan untuknya. Oleh karenanya, untuk dapat menghindari overthinking seseorang harus memiliki hati legowo atau mudah menerima (mukhlis).
- Menanamkan rasa tawakkal kepada Allah SWT.
قُلْنَا اهْبِطُوْا مِنْهَا جَمِيْعًاۚ فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.”
Singkatnya Wahbah dalam tafsir Al-Munir menjelaskan, setelah turunnya Adam dan Hawa ke bumi dikarenakan godaan Syaitan. Allah memberikan satu pedoman khusus dengan berpesan, siapa pun yang mengikuti petunjuk Allah maka tidak ada rasa takut atau rasa cemas bersemayam pada dirinya, khususnya selalu berpikir akan kemungkinan-kemungkinan buruk yang belum pasti terjadi terhadap dirinya.
- Mengingat Allah
Salah satu metode yang penulis ingin tawarkan ialah dengan berdzikir atau mengingat Allah. Dengan berdzikir insya Allah akan mendatangkan ketenangan dan mampu meningkatkan rasa Bahagia, sebagaimana Allah berfirman:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.
Imam al-Ghazali mengilustrasikan, jika seseorang sedang berjalan, lalu ada anjing yang hendak mengganggu dan ia menghardiknya, maka anjing itu akan segera pergi. Namun, bila di sekitarnya banyak tulang dan daging yang menjadi makanannya, maka anjing tersebut tidak akan pergi meskipun dihardik dengan keras. Kalau pun dia pergi, paling hanya sebentar untuk kemudian mengintai lagi, menunggu kita lengah lalu segera kembali.
Melalui ilustrasi tersebut, al-Ghazali ingin menjelaskan bahwa zikir itu ibarat sebuah hardikan terhadap setan. Zikir baru akan efektif, kalau hati kita berseih dari makanan setan. Kalau hati sudah bersih, maka zikir akan mampu menghardik setan. Sebaliknya, bila hati dipenuhi dengan makanan setan, maka zikr sebanyak apa pun tidak akan sanggup mengusir setan. Bahkan, setan akan ikut berzikir pula dalam hati kita.
SUMBER:
Mitlailatulqodar. (2022). Surah Ar-Ra’d (13) ayat 28: Zikir Dapat Menenangkan Hati dari http://surl.li/jednje
Karimah A. (2021). Overthinking Dalam Perspektif Psikologi dan Islam
Ikatan Dokter Indonesia. (2024). Mengenal Overthinking, memahami dampak dan cara mengatasinya dari http://surl.li/bucuyb