Selaiknya manusia pada umumnya, tidak akan pernah terleoas dari sekejap permasalahan. Kendati demikian, permasalahan ini bukan berupa hukuman yang diberikan. Namun, adanya permasalahan-permasalahan yang menghampiri manusia merupkan upaya ujian, sebagaimana ketika seorang sedang mengenyam pendidikan, sebelum ia mengalami kenaikan tingkat, pasti akan diadakannya ujian yang dimaksud sebagai kelayakan kenaikan tingkat yang menjadi pengukur, dapatkah ia lanjut ke jenjang berikutnya, atau kah ia harus mengulanginya di kemudian hari.
Pada saat manusia dilahirkan dari rahim ibunya, dengan kondisi tidak mengetahui sesuatu pun. “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaab tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati. Agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78).
Menurut Quraihs Shihab Allah menempatkan kalimat pendengaran lebih dahulu dari penglihatan hal ini sesuai dengan ilmu kedokteran modern. Bahwa indera penglihatan baru akan berfungsi ketika umur bayi mencapai tiga bulan dan baru disempurnakan fungsi tersebut ketika memasuki enam bulan dari usia kelahiran si bayi. Sementara kemampuan mata hati berfungsi sebagai pembeda antara baik dan buruk. Perkembangan tersebut sesudah indera yang lain bekerja.
Setelah melewati fase tersebut Allah akan mendatangkan ujian kepada manusia. “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan ‘Kami telah beriman’ dan mereka tidak diuji?” (QS. Al-Ankabut: 2). Setelah itu, lalu Allah berikan ujian tersebut secara gradual. “Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan).” (QS. Al-Baqarah: 214). Ayat tersebut menunjukkan adanya tingkatan sistematis yang terdiri dari tiga elemen berbeda pada masing-masing atmosfirnya.
Seseorang yang akan diangkat derajatnya. Maka secara bersamaan ia akan diberi ujian-ujian sesuai dengan kemampuannya. Untuk bisa naik kedudukan/derajat yang lebih tinggi, maka rintangan/ujiannya akan semakin meningkat.
Artinya dalam urutan tersebut البأس menunjukkan tingkatan ujian yang diperuntukan sebagai permulaan yang dihadirkan kepada manusia. Tingkatan selanjurnya ialah الضّر yaitu ujian yang telah memasuki fase menengah, maka tingkatan ujiannya akan lebih dan dibutuhkan kemampuan bersabar melebihi dari fase sebelumnya. Sebagaimana pohon semakin menjulang ke atas, maka akan semakin kencang pula terpaan angin melesat ke arah pohon tersebut, ujian ini disebut dengan الزلز yaitu keimanan seseorang yang berada pada tingkatan mutaakhir di fase ujian.
Tapi selalu ingat, Allah tentu mengetahui kadar kemampuan manusia. Maka, Dia tidak akan membiarkan hambanya diberi porsi di luar batas kemampuan manusia. Sebagaimana Allah berfirman. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286).
SUMBER:
Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab.