cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Ternyata Seperti Ini Sukses Yang Sebenarnya Dalam Islam

AQL Peduli, Khazanah – Setiap manusia menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Itu satu hal yang tak perlu dipertanyakan lagi. Namun kerap kali sukses hanya diukur dari berbagai macam hal seperti jabatan, akademik, posisi dalam perusahaan, banyanya harta, keluarga, dan lain sebagainya. Hal itu menjadi harapan-harapan yang menjadi keinginan setiap orang. Hanya saja standart kesuksesan tersebut masih berkutat di aspek dunia yang sementara saja.

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin yang mengatur seluruh kehidupan manusia tentu memiliki standart mengenai kesuksesan hidup manusia. Standart ini tentu saja berasal dari informasi Al-Quran, teladan Rasulullah, sesuai dengan fungsi agama, rukun iman, rukun islam, yang akhirnya menghasilkan pandangan mengenai sukses Dunia Akhirat menurut Islam.

Manusia yang sukses dalam islam tidak hanya diukur oleh harta dan posisi atau jabatannya saja melainkan ada standart lain yang Allah berikan. Dunia menurut Islam dan harta dalam Islam hanyalah hal yang mampir sementara sehingga ia bukan lah sebagai tujuan.

Secara spesifik, Alquran menginformasikan definisi kesuksesan seorang manusia yang sesungguhnya. Standar kesuksesan itu termaktub dalam surat Al-Hujurat ayat 13. Allah Swt. Berfirman;

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”

Melalui ayat ini, sangat jelas bahwa kesuksesan itu diukur dari ketakwaan seseorang kepada Allah Swt. Secara individu, seseorang harus berupaya mencapai derajat takwa untuk mengukir sejarah dalam hidupnya. Tidak sekedar membaca sejarah orang-orang besar di masa lalu, namun hal yang paling penting adalah mengukuri sejarah diri bahwa kita pernah hidup di dunia, dan episode yang dilewati tidak sia-sia.

Dari mana seseorang bisa memulai? Seseorang bisa memulai ukuran dan standari yang telah ditetapkan oleh Allah, yakni seperti yang termaktub dalam ayat di atas. Tidak ada standar yang paling hebat dan mulia kecuali yang ditetapkan oleh Allah Swt, dan sudah diimplementasikan serta dicontohkan oleh orang hebat terdahulu. Yakni orang-orang yang berhasil melalui jalan takwa yang ditetapkan oleh Tuhan yang Maha Esa.

Kelompok itu adalah para nabi dan rasul, orang-orang saleh, orang-orang shiddiq, para syuhada, dan orang-orang beriman tentunya. Mereka telah membetuk jalan untuk orang yang sukses. Melalui jalan itu, seseorang tidak akan mengulangi kesalahan orang yang salah pada masa lalu.

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

“Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa’: 69)

Pada suatu ketika, dalam tayangan televise nasional, ada sebuah iklan yang menyampaikan “Untuk anak kok pakai yang coba-coba”. Namun prinsip seorang muslim adalah “Menjalani hidup kok pakai cara yang coba-coba.” Tak perlu mencari jalan selain jalan yang telah ditetapkan oleh Allah. Hidup ini hanya sekali. Mati pun hanya sekali. Sangat sia-sia jika hidup hanya dihabiskan dalam mencari jalan kesuksesan, padahal Alquran sudah memberikan pedoman dan menunjukkan jalan tersebut. Sebuah jalan yang tak pelru lagi coba-coba.

Di antara defisini yang paling lengkap mengenai hal ini adalah permintaan seorang hamba kepada Rabb-Nya sebanyak 17 kali dalam sehari, yakni dalam salat. Permintaan itu adalah ‘Tunjukilah kami Jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah: 5)

Jalan lurus itu ke mana sih maksudnya? Sampai Alllah memerintahkan hamba-Nya untuk mengikuti jalan lurus itu. Jawaban dari pertanyaan itu terdapat dalam surat Al-An’am ayat 153. Allah Swt. Berfirman;

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”

Ini menandakan bahwa tak perlu mengikuti jalan yang hanya seolah-olah baik hanya karena gelimang harta di dalamnya. Jalan yang baik dalam pandangan manusia, belum tentu baik di sisi Allah. Demikian juga sebaliknya. Maka itu, sangat penting menjadikan Al-Qura’an sebagai rujukan dalam hidup.

“Jalan lurus” itu adalah jalan kesuksesan seorang hamba. Dengan melalui jalan itu, Allah akan menjamin kesuksesan dunia akhirat. Di dunia akan bahagia, apalagi di akhirat kelak karena akan dimasukkan ke dalam surge. Seseorang tidak akan hina jika melalui jalan tersebut.

Jadi, bagaimana sahabat? Masih ingin melalui jalan coba-coba? Mulai hari ini, detik ini, tanamkan dalam diri bahwa hanya dengan mengikuti jalan lurus untuk mencapai derajat takwa seseorang akan mencapai kesuksesan. Bukan sukses di dunia saja, tapi dunia akhirat. (MOE)

Sumber: Ceramah Ustaz Bachtiar Nasir

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code