
TADABBUR
Secara etimologis, kata tadabbur berasal dari bahasa Arab, yakni د ب ر)) terdiri berdasarkan beberapa huruf; da, ba dan ra. Ibnu Faris dalam kitabnya Maqayis al-Lughah mengartikan dengan penghujung bagi sesuatu, dapat juga diartikan dengan di belakang. Menurut Ibn al-Qayyim, bahwa tadabbur adalah memfokuskan pandangan hati pada makna-makna Al-Qur’an, dan menyatukan pikiran untuk merenungi dan memikirkannya
Ulama lainnya mendefinisikan tadabbur dengan memahami dilalah (petunjuk), yaitu (a) memahami makna lafazh-lafazhnya, (b) dan memikirkan makna-makna yang ditunjukkan oleh lafazh secara muthobaqoh (makna yang jelas dari sebuah lafazh), (c) memahami secara tadadhommun (makna yang dikandung secara tidak langsung), (d) atau secara iltizam (makna yang dituntut olehnya dan menjadi kesempurnaan baginya), (e) serta isyarat-isyarat dan peringatan dari ayat, (f) hati mengambil manfaat dari setiap nasihat dengan khusyu’, (g) tunduk pada perintah dalamnya (khudhu), (h) serta mengambil pelajaran darinya.
Jadi, dapat disimpulkan bertadabbur ialah kegiatan atau upaya serius dalam memahami dan memaknai makna-makna terdalam yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Tentu kegiatan ini dilakukan dengan beberapa tahapan, agar mencapai hasil tadabbur.
Langkah-Langkah Tadabbur
Dalam upaya ini untuk melakukan tadabbur agar mendapat esensi dari makna terdalam yang terkandung di dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
- Membaca surah/ayat yang akan ditadabbur. Sebelum bertadabbur alangkah baiknya melakukan pelafalan surah/ayatnya dengan hati yang teduh sembari menghayati
- Menghafalkan surah/ayat yang akan ditadabbur. Sebelum bertadabbur diusahakan semaksimal mungkin agar menghafalkannya
- Menuliskan teks surah/ayat yang akan ditadabbur. Setelah itu, maka surah/ayat yang akan ditadabburkan dituliskan ulang teks surah/ayat
- Terjemahan kosata. Kemudian diuraikan berdasarkan ayat per-ayat dari kosakata terjemahan berdasarkan yang akan ditadabbur
- Inti pesan dari surah/ayat yang ditadabbur. Mengambil inti pesan dari surah/ayat yang akan ditadabbur
- Tafsir ringkas. Mengeluarkan tafsir ringkas dari karya-karya yang sudah dituliskan oleh ulama
- Makna kebahasaan. Mengambil beberapa kosata yang menurut pentadabbur penting, kemudian merujuk makna kebahasaan kepada ulama yang pakar di dalam bidang kebahasaan
- Terjemah surah/ayat yang akan ditadabbur. Tuliskanlah ayat dan terjemahannya
- Pesan-pesan utama ayat. Tuliskanlah pesan-pesan utama yang terkandung di dalamnya
- Keluarkan intisarinya berupa hikmah dan pencerahan dari hasil tadabbur sebelumnya
Dianggap Sebagai Ayat yang Membenci Perempuan di Dalam Al-Qur’an
Pegiat gender khususnya yang menempatkan worldview feminis sebagai kiblat berpikir telah menuduh Al-Qur’an sebagai alat yang mendiskreditkan perempuan. Setidaknya terdapat beberapa ayat di dalam Al-Qur’an yang memandang perempuan hanya dari sebelah mata saja (misogini). Mereka mengutip potongan di dalam Al-Qur’an. “…laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan Sebagian mereka (laki-laki) atas Sebagian yang lain (perempuan)…” (QS. An-Nisa: 34).
Mereka menuduh Allah telah membedakan antara perempuan dan laki-laki, alih-alih menempatkan perempuan sebagai yang dinomorduakan. Lebih kejam dari itu, mereka melakukan tuduhan dengan menyebutkan Tuhan berasal dari kaum laki-laki, oleh karenanya Tuhan lebih mengutamakan laki-laki dibanding kepada perempuan.
Al-Qur’an Menjawab
Diceritakan di dalam Al-Qur’an Ketika Hana mengandung kandungan di dalam perutnya, ia mengeluhkannya ketika yang dilahirkannya adalah seorang perempuan, padahal ia menginginkan seorang anak laki-laki. Maka seketika itu Allah berfirman: “Laki-laki tidak sama dengan perempuan”. (QS. Ali’imran: 36) Laki-laki dan perempuan memang diciptakan tidaklah serupa, secara bangunan strukturalnya saja sudah terlihat berbeda. Tapi bukanlah dari perbedaan ini kemudian timbul perpecahan, antara kubu yang terus menyuarakan akan kesamaan derajat perempuan dan laki-laki apatahlagi sampai kepada derajat saling menyerupai.
Tidak berarti Allah meninggikan derajat pada ciptaan tertentu (laki-laki) dan merendahkan ciptaan yang lainnya (perempuan). Tapi manusia diciptakan dengan adanya perbedaan agar menumbuhkan atau menebarkan sakinah, mawaddah dan rahmah di antara keduanya. Kendatipun karakteristik laki-laki dan perempuan diciptakan dengan melahirkan perbedaan-perbedaan sebagai instrument naluriah untuk menutupi kekurangan dari pasangan masing-masing.
SUMBER:
ATQA. (n.d.). Paket Dasasr Pembentukan Karakter Pelaku Al-Qur’an.
Fahimah, S. (2017). Ekofeminisme: Teori dan Gerakan.
Hamzah, A. (2019). Perspektif Al-Qur’an Tentang Tadabbur, 55.
Sufyan, A. (2022). Makna Tadabbur Menurut Mufassir Klasik Dan Modern: Sebuah Pembacaan Historis, 46. Yasir, M. (2021). Metodologi Tadabbur Kata dan Ayat Al-Qur’an.