cropped-Desain_tanpa_judul__21_-removebg-preview-1.png

Konsep Rezeki dalam Islam

Rezeki dalam Islam adalah segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT kepada makhluk-Nya, baik dalam bentuk materi maupun non-materi. Rezeki tidak hanya terbatas pada harta benda, tetapi juga mencakup kesehatan, ilmu, keluarga yang bahagia, dan segala kebaikan yang diperoleh dalam kehidupan. Allah SWT adalah Maha Pemberi Rezeki (Ar-Razzaq), dan Dia memberikan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa batas.

Jenis-jenis Rezeki

  1. Rezeki yang Dijamin (Rezeki Ma’dzum) Rezeki ini adalah kebutuhan dasar yang pasti diberikan oleh Allah SWT kepada setiap makhluk, seperti makanan, minuman, dan udara. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:”Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya…” (QS. Hud: 6)
  2. Rezeki yang Dicari (Rezeki Muktasab) Rezeki ini adalah hasil usaha manusia dalam bekerja dan berusaha. Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja keras dan berusaha dalam mencari rezeki yang halal. Rasulullah SAW bersabda:”Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada makanan hasil kerja kerasnya sendiri…” (HR. Bukhari)
  3. Rezeki yang Diharapkan (Rezeki Masmu’) Rezeki ini adalah rezeki yang diharapkan melalui doa dan tawakal kepada Allah SWT. Umat Islam diajarkan untuk selalu berdoa memohon rezeki yang baik dan berkah kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:”Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…” (QS. Ghafir: 60)

Prinsip dalam Mencari Rezeki

  1. Halal dan Thayyib Umat Islam diwajibkan mencari rezeki yang halal dan baik (thayyib). Rezeki yang halal adalah rezeki yang diperoleh melalui cara-cara yang dibenarkan oleh syariat Islam, sementara rezeki yang thayyib adalah rezeki yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Allah SWT berfirman:”Wahai manusia! Makanlah dari apa yang ada di bumi yang halal dan baik, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan…” (QS. Al-Baqarah: 168)
  2. Syukur dan Qana’ah Islam mengajarkan untuk selalu bersyukur atas rezeki yang diberikan oleh Allah SWT dan memiliki sifat qana’ah (merasa cukup). Dengan bersyukur, Allah SWT akan menambah nikmat-Nya. Allah SWT berfirman:”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu…” (QS. Ibrahim: 7)
  3. Ikhtiar dan Tawakal Dalam mencari rezeki, umat Islam harus melakukan ikhtiar (usaha) yang maksimal dan kemudian bertawakal (berserah diri) kepada Allah SWT. Tawakal bukan berarti pasif, tetapi aktif dalam berusaha dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:”Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung…” (HR. Tirmidzi)

Hikmah dan Tujuan Rezeki

Rezeki yang diberikan oleh Allah SWT memiliki tujuan dan hikmah yang besar dalam kehidupan manusia. Beberapa hikmah tersebut antara lain:

  1. Ujian Kehidupan Rezeki bisa menjadi ujian bagi manusia, apakah mereka bersyukur atau kufur. Rezeki yang berlimpah dapat menjadi ujian apakah seseorang akan tetap taat dan bersyukur kepada Allah atau malah menjadi sombong dan lupa diri.
  2. Keseimbangan Sosial Islam mengajarkan konsep zakat dan sedekah untuk membantu mereka yang kurang beruntung. Dengan berbagi rezeki, tercipta keseimbangan sosial dan mengurangi kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin.
  3. Peningkatan Iman dan Taqwa Dengan menyadari bahwa semua rezeki berasal dari Allah SWT, manusia akan semakin meningkatkan iman dan taqwanya kepada Allah, serta selalu berharap dan berdoa hanya kepada-Nya.

Kesimpulan

Konsep rezeki dalam Islam mencakup pemahaman bahwa segala sesuatu yang dimiliki oleh manusia adalah pemberian dari Allah SWT. Rezeki tidak hanya berupa harta, tetapi juga segala bentuk kebaikan yang diberikan oleh Allah. Umat Islam diwajibkan mencari rezeki yang halal, bersyukur atas apa yang diberikan, dan selalu berusaha dengan penuh keikhlasan dan tawakal kepada Allah SWT.

Sumber

  1. Al-Qur’anul Karim
  2. Hadis Nabi Muhammad SAW
  3. Kitab Fikih Muamalah
  4. Buku “Pengantar Ekonomi Islam” oleh Adiwarman Karim

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Scan the code